Indonesia mengawali tahun 2020 dengan adanya penyebaran virus Covid-19 yang pada saat itu diduga berasal dari Wuhan-China, virus ini begitu cepat menyebar seperti halnya virus flu, dampak dari virus ini adalah kegagalan pernafasan yang mengakibatkan kematian. Media udara, kontak langsung dan tidak langsung terhadap yang terpapar menjadi sumber penyebaran virus ini, dalam upaya menanggulangi penyebaran virus ini pemerintah mengeluarkan aturan atau kebijakan yang berisi larangan untuk berkumpul atau berkerumun.
Adanya aturan tersebut membuat setiap lini kehidupan berubah, termasuk didalamnya adalah dunia pendidikan. Dunia pendidikan seakan tidak siap menerima perubahan keadaan dimana budaya tatap muka langsung dalam menempuh pendidikan dari jenjang anak usia dini sampai perguruan tinggi harus berubah menjadi budaya tatap muka secara tidak langsung atau daring.
Pembelajaran daring menjadi pilihan untuk menggantikan pembelajaran tatap muka langsung, institusi pendidikan berupaya secepat mungkin beradaptasi dengan metode pembelajaran daring tersebut. Kesiapan infrastruktur, sumber daya manusia baik dari pendidik atau peserta didik menjadi hal penting untuk keberlangsungan metode pembelajaran ini. Hal ini didukung dengan adanya Surat Keputusan Bersama 4 Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) butir ke 12 menyampaikan bahwa model pembelajaran di perguruan tinggi untuk mata kuliah teori dilakukan dengan daring (Kebudayaan, 2020).
Learning management system (LMS) menjadi salah satu pilihan dalam menyampaikan materi pembelajaran daring, pemahaman terhadap mata pelajaran atau mata kuliah yang ditempuh menjadi salah satu pertimbangan keberhasilan pembelajaran daring. Beberapa hal yang menjadi faktor penentu penyampaian materi melalui LMS ini berhasil adalah efektifitas, efisiensi dan kepuasan pengguna dalam menggunakan LMS tersebut.